“Jam dua malam itu kami dibangunkan dari tidur, dan abah berucap rumah kita sudah penuh dengan tamu yang mau menjemput abah, yuk kita berzikir semua. Abah yang mimpin zikir saat itu dan sekitar 20 menit ternyata abah sudah wafat. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun…,” ucap salah satu anak Guru Ideris menceritakan kepada penulis.
Informasi dari banyak orang yang melayat saat pengerjaan proses pemakaman Haji Muhammad Ideris. Diketika itu rencana almarhum dimakamkan sesudah Sholat Juhur dan jam 9 an pagi liang lahat sudah mulai di gali. Seusai di gali, air di liang lahat di ambil untuk pengeringan. Ajaib, sampai mayat datang liang lahat tersebut tetap kering tidak ada air yang mengandung didalamnya. Padahal saat itu musim hujan dan di samping kiri dan samping kanan liang lahat itu ada sungai kecil yang dipenuhi air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Semula almarhum dimakamkan sesudah Sholat Juhur, namun dikarenakan para pelayat yang mensholatkan jenazah almarhum selalu berdatangan tak putus-putusnya memenuhi kediaman rumah duka, akhirnya almarhum di kebumikan se usai Sholat Ashar.
“Mayat beliau diketika di angkat tak terasa berat dan sangat ringan sekali, Insya Allah beliau itu penghuni Surga. Saat itu hari sangat mendung sejak dadi Senin sampai beliau wafat, dan setelah selesai proses pemakaman serta pelayat sudah pulang masing-masing, tiba-tiba hari mendadak gelap hingga hujan turunnya sangat deras sekali,” papar salah satu warga sekitar yang mengaku sempat mengangkat jenazah almarhum Muhammad Ideris.
Ada juga cerita dari seseorang yang menamakan diri hamba Allah (tidak ingin namanya disebutkan) mengatakan bahwa Tuan Guru Ideris itu adalah seorang Waliyullah yang benar-benar tersembunyi (Mastur), karena katanya bahwa ia pernah bertemu langsung dengan Tuan Guru Ideris di Madinah disaat itu ia mengaku dalam menunaikan ibadah Haji, dan disaat itu diketika satu hari menjelang akan berangkat ke Mekkah, tanpa ia sadari ia bertemu langsung dan berbincang-bincang dengan Guru Ideris tersebut. “Bicara beliau sangat kocak banget, namun berisi nasihat yang sangat berarti bagi kami. Setelah saya berada ditanah air baru saya sadar ternyata Tuan Guru Ideris itu sudah lebih 10 tahun meninggal dunia. Pertemuan saya itu nyata dan saya yakin benar bahwa benar-benar Guru Ideris,” ceritanya.
Ciri-ciri Wali Allah tersebut banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, diantaranya sebagaimana ayat berikut:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus 62-63).
Dalam catatan, Haji Muhammad Ideris meninggal dunia (wafat) pada hari Rabu 20 Juli 1994 M – 11 Syafar 1415 H pada jam 02,20 Wita di usia 86 tahun dan di makamkan di Alkah keluarga di Kampung Handil Buluan Desa Gudang Hirang Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Makam beliau di apit oleh makam kedua istri beliau, yakni istri ke 3 Hajjah Bariah dan istri ke 4 Hajjah Gusti Rukiah.
Dari tutus keturunan almarhum Muhammad Ideris, bermarga Assegaf atau Assagaff (Arab: السقاف; Transliterasi: al-Saqqāf) adalah merupakan salah satu Marga Alawiyyin yang banyak tersebar di Dunia Arab dan negara tujuan diaspora Arab seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, India, Pakistan, dan lainnya.
Assegaf adalah semula merupakan marga Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Orang pertama yang diberi gelar Assegaf adalah seorang Waliyullah Al-Muqaddam Ats-Tsani Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.
Gelar Assegaf yang disandangnya itu karena ia dikenal sebagai pengayom para wali pada zamannya yang diibaratkan sebagai atap (piyan) bangunan yang dalam bahasa Arab disebut “Sagfun” (Arab: سقف; Transliterasi: saqf).
Ditulis oleh Abdullah
Halaman : 1 2