Aris Kuncoro, Dewas MIO Indonesia
Menyambut HUT ke-1 MIO
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah… Besok 10 Nopember 2021, perkumpulan Media Independen Online (MIO) Indonesia tepat berusia setahun.
Dalam perjalaman setahun ini ternyata perkembangan MIO luar biasa pesat. Sejumlah kepengurusan di tingkat I dan II telah dikukuhkan.
Tentu saja, kita bersyukur atas perkmbangan MIO yang pesat ini.
Namun, seiring dengan perkembangan yang pesat itu, kita perlu menggarisbawahi kembali tujuan didirikannya perkumpulan MIO. Yaitu bagaimana kita bisa mensejahterakan perusahaan media yang bergabung di MIO.
Untuk itu, kali ini saya akan mencoba mengajak teman-teman pengelola media untuk bisa menggali peluang dan menganalisa tantangan bisnis media online yang kini persaingannya makin ketat.
Tak hanya persaingan dengan sesama media online tapi juga dengan media sosial, seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter dan sebagainya.
Lalu, apa saja tantangan dan peluang bisnis media online di Indonesia ?
Dulu, di awal mulai internet muncul dan merata, media online begitu digdaya menggusur media cetak.
Perusahaan media cetak jatuh tersungkur, banyak koran dan majalah yang kini tak dicetak lagi.
Masa keemasan media online adalah awal dari tenggelamnya media cetak.
Apalagi, saat ini Gadget yang bisa menyuguhkan berita hanya dalam genggaman telah menjadi kebutuhan primer manusia modern.
Seiring majunya teknologi, media online menghadirkan pasar dan peluang tersendiri. Kemudahan akses, kepraktisan dan kecepatan tayang menjadi nilai plus plus media online.
Namun, media online juga memiliki banyak kebutuhan agar operasional tetap berjalan.
Dan operasional sebuah media, umumnya, dibiayai dari sponsorship. Media online adalah tempatnya beriklan digital, baik dengan banner maupun adventorial dan lain sebagainya.
Tapi seiring dengan kemajuan IT ini, media online kedatangan saingan dari arah yang tidak terduga yakni media social atau sosial media.
Facebook ads dan Instagram ads menjadi lahan baru pengiklan yang diklaim lebih efektif untuk beriklan. Bagaimana tidak, mereka bisa menargetkan lokasi dan umur pada setiap pemasangan iklan. Dan biayanya pun bisa menyesuaikan kantong.
Tak hanya itu, media online juga bersaing dengan raksasa google yang kini punya google adword. Google juga mempunyai youtube yang dibanjiri pengiklan. Iklan video yang anda skip di youtube adalah contohnya.
Efektifitas dari periklanan google memang sangat tinggi, bagaimana tidak, mereka memiliki data user. Kemudian si mesin pencari ini akan meletakkan iklan pada minat user. Google bisa dengan mudah mencekoki user dengan iklan yamg relevan. Pengiklan tinggal setting saja apa yang mereka inginkan. Sungguh teknologi periklanan yang mutakhir.
Media online juga ketiban pesaing dari para influencer. Akun-akun instagram dengan followers ratusan ribu hingga jutaan membuka pintu lebar untuk para pengiklan. Mereka menamainya dengan iklan endors dan paid promote.
Nyatanya periklanan jenis ini sangat efektif dan masuk ke konsumen yang lebih tertarget.
Tak sebatas itu, media online juga bersaing dengan youtuber serta blogger yang konten kontennya ciamik. Atta Halilintar adalah contoh youtubers sukses yang menjaring subscriber berlimpah.
Dari data di tahun 2019, Atta sekeluarga memiliki 50 juta subscriber lebih dan akan terus bertambah. Beberapa waktu lalu Keluarga Gen Halilintar terlihat mendapatkan fasilitas umroh dari tour travel terkemuka tanah air. Endors itu tentu bernilai miliyaran, terlihat dari fasilitas yang mereka dapat. Itu adalah gambaran dari minatnya pengiklan terhadap youtuber.
Dari kalangan blogger, juga hadir alternatif periklanan untuk para pengiklan. Backlink, endors dan content placement memiliki peluang dari segi penguatan digital marketing. Perusahaan sebesar Bulakapal, Tokopedia dan Traveloka terpantau menggunakan jasa blogger untuk membuat backlink berkualitas. Jasa PBN dan agency blogger pun kini tak sedikit jumlahnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya